Layanan

Donasi

Beranda

Donasi

Layanan

Ketenangan Jiwa dalam Kajian Al-Hikam
 

 

Ketenangan Jiwa dalam Kajian Al-Hikam

Dipublish pada:

09 May 2025


DTPEDULI.ORG | JAKARTA – Kajian rutin kitab Al-Hikam yang diadakan di wilayah Jakarta Selatan kembali dilaksanakan pada Selasa (6/5/2025) malam, menghadirkan dua narasumber utama: Ustadz Sonny Abi Kim dan Ustadz Muhammad Shofar Mawardi. Kajian kali ini mengangkat tema penting tentang pengelolaan suara hati (inner voice) dan dampaknya terhadap ketenangan jiwa.

kajian al hikam jakarta 2.jpg 72.42 KB

Mengenali Sumber Suara Dalam Diri 

Dalam penyampaian materi, para ustadz menjelaskan bahwa banyak kegelisahan, stres, kegalauan, hingga kekecewaan dalam hidup bukan selalu berasal dari luar, melainkan muncul dari dalam diri sendiri. Sumber-sumber kebisingan jiwa itu dikenal sebagai inner voice, atau suara-suara batin yang terus mengomentari, mengkritik, bahkan menghakimi diri sendiri secara berlebihan. 

“Kadang kita merasa riweuh, stres, galau, karena sebenarnya terlalu banyak suara dalam diri yang tidak terkelola,” ujar Ustadz Shofar. 

Ustadz Sonny menambahkan bahwa bukan suara dari luar yang berbahaya, tetapi bagaimana hati kita menanggapinya. 

“Yang penting itu bukan siapa yang berbicara di luar, tapi kondisi hati kita. Kalau hati baik, maka lisan dan tindakan pun ikut menjadi baik,” jelasnya. 

Tiga Sumber Suara dalam Diri Menurut Al-Hikam 

 
Dalam kajian kitab Al-Hikam, dijelaskan ada tiga jenis bisikan yang dapat muncul di dalam hati manusia, yaitu: 

Pertama, Suara Diri Sendiri (Hawa Nafsu) 

Suara ini timbul dari keinginan pribadi yang tidak dikendalikan. Dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai "man atba'a hawāhu" (yang mengikuti hawa nafsunya). Nafsu bisa mendorong seseorang untuk tergesa-gesa, seperti ingin cepat kaya, cepat terkenal, atau cepat mendapatkan jabatan, bahkan dengan cara-cara yang curang. 

Kedua, Bisikan Setan (Waswas) 

Bisikan yang datang dari setan, disebut dalam Surah An-Naas: “Alladzii yuwaswisu fii shuduurin naas”, yaitu bisikan yang mempengaruhi dada manusia. Bisikan ini sifatnya membingungkan, membuat ragu, takut berlebihan, bahkan memunculkan keinginan buruk secara tiba-tiba. 

Ketiga, Lintasan Ilham dari Allah (Ilham Rabbani) 

Ini adalah bisikan yang membawa kepada kebaikan, ketenangan, dan dorongan untuk melakukan amal saleh. Ilham semacam ini adalah anugerah yang hanya bisa dirasakan oleh hati yang bersih dan tenang. 

 Waspada Terhadap Bisikan yang Tergesa-Gesa 

 
Salah satu ciri bisikan yang berbahaya adalah sifatnya yang tergesa-gesa dan memaksa. Contoh-contoh konkretnya antara lain keinginan cepat kaya (korupsi), ambisi segera terkenal atau punya gelar (curang atau manipulatif), dan Ingin segera menikah, punya status, atau barang baru (terlilit utang). 
 
 “Setan tidak menyesatkan kita dengan dosa besar secara langsung, tapi dengan membuat kita buru-buru. Padahal ketenangan dan kesabaran adalah jalan orang-orang bertakwa,” tegas Ustadz Shofar. 

Mengelola Suara Hati untuk Hidup Lebih Tenang 

 
Kajian ditutup dengan ajakan kepada jemaah untuk lebih banyak melakukan muhasabah (introspeksi), dzikir, dan memperkuat koneksi dengan Allah. Suara-suara dalam hati harus dikenali dan dikendalikan agar hidup lebih tenang dan terarah. 
 
“Kajian Al-Hikam ini sangat relevan dengan kondisi zaman sekarang. Kita hidup di tengah hiruk-pikuk media sosial, opini, komentar orang. Tapi yang menentukan kualitas hidup kita adalah kondisi batin sendiri,” simpul salah seorang jamaah yang hadir.  

Baca juga: DT Peduli Menggelar Kajian Tauhiid di Masjid Istiqlal bersama KH. Abdullah Gymnastiar dan Ustadz Sonny Abi Kim 

Penulis: Eko 

Editor: Agus ID 

Ditulis Oleh:

Administrator