Dipublish pada:
DTPEDULI.ORG | Bulan Muharam menjadi salah satu bulan istimewa dalam kalender Hijriah. Bulan ini disebut sebagai salah satu dari empat bulan haram, yaitu bulan yang dimuliakan, di mana amal kebajikan dilipatgandakan dan perbuatan dosa pun mendapat balasan lebih berat.
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram…” (QS. At-Taubah: 36)
Dari keistimewaan tersebut, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh, termasuk memperhatikan dan memuliakan anak yatim. Rasulullah Saw adalah teladan utama dalam memperlakukan anak yatim dengan penuh kasih sayang dan kepedulian.
Dalam Al-Qur’an, Allah sering menyandingkan perintah menyembah-Nya dengan anjuran untuk memperhatikan hak anak yatim. Ini menandakan bahwa memuliakan anak yatim bukan sekadar pilihan, tetapi bagian dari ketakwaan.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim harta mereka, dan jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya itu adalah dosa yang besar.” (QS. An-Nisa: 2)
Dalam ayat lain, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim.” (QS. Al-Ma’un: 1–2)
Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa orang yang mendustakan agama adalah mereka yang tidak peduli terhadap anak yatim. Maka, memperhatikan anak yatim bukan hanya ibadah sosial, melainkan juga bentuk keimanan yang sejati.
Anak-anak yatim adalah amanah umat. Kehilangan figur orang tua tidak hanya menyisakan luka emosional, tetapi juga sering kali menghambat akses mereka terhadap pendidikan, kesehatan, dan masa depan yang layak. Di sinilah peran masyarakat dan lembaga sosial.
Di bulan Muharam, memuliakan anak yatim bisa menjadi jalan pembuka keberkahan tahun baru Hijriah. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. Thabrani)
Meski tidak terdapat dalil khusus yang mengaitkan langsung antara bulan Muharam dengan peringatan hari anak yatim, umat Islam di berbagai wilayah menjadikan bulan ini sebagai momentum untuk menyantuni dan memuliakan mereka.
Tidak ada dalil shahih yang secara khusus menyebut 10 Muharram sebagai "Hari Raya Anak Yatim". Tradisi ini berkembang di kalangan umat Islam, khususnya di Indonesia, dalam rangka mengikuti ajaran Rasulullah.
Dalam kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu Laits As-Samarqandi, disebutkan bahwa mengusap kepala anak yatim pada Hari Asyura dapat mendatangkan pahala besar. Hadis ini, meskipun dianggap dhaif oleh sebagian ulama, menjadi motivasi bagi umat Islam untuk memperbanyak kasih sayang kepada anak yatim di bulan ini.
Idul Yatama, sebagaimana disebut oleh masyarakat, adalah ungkapan kegembiraan bagi anak yatim karena mereka mendapatkan perhatian dan kasih sayang berlimpah pada hari ini. Salah satu makna utama dari tradisi ini adalah untuk melembutkan hati.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulullah bersabda, "Apakah kamu ingin hatimu lembut dan hajatmu terkabul? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, berilah ia makanan dari makananmu."
Dalam sebuah hadis lain, Nabi bersabda,“Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini.” (HR. Bukhari)
Hadis ini menunjukkan betapa mulianya kedudukan orang yang memuliakan anak yatim. Kedekatannya dengan Rasulullah di surga kelak menjadi janji yang luar biasa.
Sebagai lembaga amil zakat, DT Peduli menjadikan momen Muharam sebagai sarana untuk menguatkan kepedulian sosial kepada anak yatim. Program Muharram Peduli Negeri yang rutin dilaksanakan setiap Muharam bukan sekadar bentuk santunan, tetapi juga upaya membangun kemandirian dan kebahagiaan anak-anak yatim.
Kebahagiaan mereka juga adalah doa yang mengetuk langit. Ketika tangan-tangan kita mengusap kepala anak yatim, bukan hanya mereka yang tersenyum, tetapi langit pun tersentuh oleh doa-doa tulus mereka. Rasulullah Ta’ala bersabda:
“Barang siapa mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka baginya kebaikan sebanyak rambut yang diusapnya.” (HR. Ahmad)
Mari jadikan Muharam sebagai gerbang menuju hidup yang lebih peduli dan bermakna dengan menghadirkan kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan, terutama anak yatim.
Editor: Agus ID