Dipublish pada:
Tidak ada seorang pun yang tahu nasib orang lain, bahkan nasibnya sendiri. Besok atau lusa, tidak ada satu pun yang mengetahuinya, kecuali Allah yang Mahatahu. Termasuk Derry Sulaiman, ia juga tidak pernah menyangka hidupnya yang dulu bertabur gemerlapnya dunia hiburan, kini berubah drastis.
Sosok yang pada awalnya gemar dengan dunia hiburan dan musik metal ini, kini menjelma sebagai sosok pendakwah dan penyanyi lagu religi. Mantan gitaris band metal Betrayer itu, kini hidupnya lebih terarah dan tenang setelah berhijrah. Ia tidak ingin sedikit pun kembali ke dunianya yang dulu.
“Gak, saya gak pengen lagi sedikit pun ada keinginan untuk balik. Karena saya sudah tahu kalau maksiat itu tidak enak,” ujar Derry membuka percakapan bersama Tim Majalah Swadaya, di Masjid A-Ni’mah, Bogor, beberapa waktu lalu.
Tantangan setelah Hijrah
Derry sangat bersyukur dengan kehidupannya sekarang. Ia dapat merasakan nikmatnya beribadah, dan selalu berusaha menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, serta hidup sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw.
Diakuinya, untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Rasulullah itu tidaklah mudah. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Walau demikian, Derry tetap teguh pada pendiriannya, dan tetap berusaha meluruskan niat demi agama yang sangat dicintainya.
Menurut pria kelahiran Saniangbaka, Sumatera Barat, 1 Agustus 1979 ini, tantangannya kini adalah dunia. Dunia yang menguji keimanannya dan membawanya lalai dalam mengingat Allah, termasuk mengantarkannya kembali pada kegelapan.
“Tantangannya ya dunia sebetulnya. Ujiannya orang yang beriman kan dunia. Dunia itu adalah segala sesuatu yang membuat jauh dari Allah. Bahkan dunia itu bisa saja isinya menyerupai agama,” kata Derry.
Derry meyakini, semakin tantangan itu berat, maka semakin besar iman yang masuk. Ia pun semakin merasa mendalami agama dan semakin banyak orang yang menentangnya, Derry semakin yakin jalan yang ditempuhnya itu benar.
“Ditolak, sering. Diludahi saja saya pernah. Biasa itu, nabi saja diludahi. Nabi saja yang paling ganteng diludahi . Apalagi wajah saya yang pas-pasan ini. Jadi, sudah biasa,” tuturnya sambil tersenyum.
Di saat merasa imannya sedang mulai drop dan jenuh dengan berbagai aktivitas duniawi, anak kedua dari lima bersaudara ini memilih meninggalkan segala hal seperti ponsel, anak-istri, urusan muamalah, televisi,dan segala hal yang dapat melalaikannya mengingat Allah. Ia lebih memilih berada di masjid dalam beberapa saat dan berdakwah.
Untuk men-charger kembali keimanannya, Derry memiliki agenda rutin yang wajib dilaksanakan. Agenda tersebut dibagi menjadi beberapa bagian, yakni agenda harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
“Saya punya aktivitas harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Setiap hari itu minimal 2,5 jam meluangkan waktu untuk masjid. 2,5 jam untuk keliling dakwah dari rumah ke rumah saya datangi, satpam-satpam, tetangga-tetangga. Setiap bulan saya luangkan waktu tiga hari khusus di masjid. Saya 3 hari itu gak ngehidupin handphone, tv, anak, istri, termasuk usaha atau urusan muamalah. Kemudian setiap tahun minimal 40 hari saya untuk nge-charge iman, tapi rata-rata saya meluangkan 4 bulan. 8 bulannya saya mencari nafkah yang halal,” kata Derry mantap.
Diakuinya, usaha mencari nafkah selama delapan bulan itu akan menentukan lokasinya berdakwah. Kalau delapan bulan kerjanya bagus, terus dapat duit banyak, ya keluarnya juga bisa lebih jauh kan. Bisa ke Amerika, ke Eropa, ke mana saja,” kata pria pelantun lagu ‘Dunia Sementara Akhirat Selamanya’ itu.
Kisah Pertobatan
Dikisahkannya, saat hengkang sebagai gitaris Betrayer pada 1998, Derry kemudian menetap di Bali untuk meningkatkan karirnya. Setelah menetap di Bali, Derry bersama teman-temanya lalu membentuk band metal Born by Mistake, dan merampungkan sebuah album. Setelah itu, ia menemui seniornya, Irfan Sembiring yang merupakan pendiri band trash metal legendaris, Rotor.
Bukannya mendapat pujian, Derry malah diceramahi dan diminta untuk segera bertobat. Derry terkejut bukan main. Ia sama sekali tidak menyangka seniornya yang metal itu, tiba-tiba berbicara masalah agama. Sejak diceramahi seniornya itu, Derry menjadi galau dan merenungi setiap perkataan seniornya itu.
Derry diminta untuk i’tikaf dan memaknainya. Derry setuju. Ia mengira i’tikaf bisa dijalaninya dengan sangat mudah. Ia harus meninggalkan segala urusan dunia, pekerjaan, dan keluarganya hanya untuk beri’tikaf beberapa hari di masjid, dan hanya mengerjakan salat serta mengaji.
"Allahu Akbar! Saya mendapat hidayah dari Allah. Saya sudah merasakan gelapnya maksiat, gelapnya dunia hiburan. Makanya, saya sangat menghargai cahaya yang datang itu," kenangnya.
Sejak itu, Derry pun memperdalam ilmu agamanya ke berbagai negara seperti India, Pakistan, dan Bangladesh. Sepulangnya dari sana, ia pun aktif berdakwah di lingkungannya di Bali, dan ke beberapa kota di tanah air.
Dakwah Bukan Profesi
Saat ini Derry masih menggeluti dunia musik yang dicintainya. Bedanya, musik yang digeluti kini sarat dengan hikmah dan ajakan kepada Allah SWT. Derry menuturkan, musik saat ini adalah profesinya. Salah satu ikhtiarnya mencari nafkah.
“Di musik masih. Karena itu profesi saya, dan saya harus profesional. Namun sekarang bukan metal lagi, tapi nasyid. Saya termasuk orang yang pro terhadap ulama yang membolehkan musik,” ujarnya.
Derry menuturkan, dakwah dan musik adalah dua hal yang berbeda, dan tidak bisa disatukan. “Musik profesi saya. Efek dari dakwah,” tegasnya.
Derry juga menuturkan, dakwah yang sesungguhnya adalah seperti yang dicontohkan oleh Nabi. “Dakwah yang sesungguhnya itu apa yang Nabi buat. Datangi orang dari rumah ke rumah , dari pintu ke pintu, dari lorong ke lorong, dari desa ke desa, dari kota ke kota, ke pantai, ke gunung, menyeberangi batas negara, ajak mereka kepada Allah. Pakai duit sendiri dan tidak perlu diundang. Orang kaya atau miskin datangi, yang minat dan yang gak minat didatangi,” tuturnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Derry sehari-harinya berjualan. “Saya jualan kaus DSAS, Madu Bima 99, terus saya juga jualan lukisan karena saya ini juga pelukis, dan saya juga jualan CD musik saya. Saya tidak mencari nafkah melalui dakwah, karena dakwah bukan profesi. Tapi apa pun profesi kita, kita wajib berdakwah,” tambahnya mengakhiri percakapan. (Astri Rahmayanti)