Dipublish pada:
Nilai terbesar dalam kehidupan kita adalah berjuang. Karenanya, jadikan target dalam hidup untuk menjadi pribadi yang peka, peduli, berbuat, berjuang.
Kita bukan pekerja, tetapi kita adalah pejuang. Hal inilah yang membuat seseorang derajatnya begitu tinggi sebagai khalifah fil ard, yakni orang yang diberikan amanah menjadi khalifah di dunia ini. Khairunnas anfauhum lin nas, sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling membawa manfaat bagi sesama dan makhluk Allah lainnya.
Rasulullah saw adalah seorang pejuang, keluarganya keluarga pejuang, para sahabat-sahabat adalah pejuang. Jadi, kalau kita ingin memiliki derajat mulia harus menjadi pejuang.
Pejuang beda dengan pekerja. Pekerja selalu terikat dengan jam kerja dan sesudahnya menjadi bebas ketika merasa memenuhi kewajiban-kewajiban bekerja. Bagi kita tidak terikat waktu, tidak terikat tempat. Seluruh waktu kita adalah berjuang di jalan Allah.
Untuk menjadi seorang pejuang, rutenya harus mempunyai kepekaan hati terlebih dahulu. Karena kalau tidak mempunyai kepekaan hati maka dia tidak akan peduli. Kalau tidak peduli, dia tidak bisa berbuat. Kalau tidak berbuat, dia tidak akan bisa berjuang.
Bentuknya berupa empati. Contohnya, Rasulullah saw itu sangat empati, terasa berat bagi beliau penderitaan dan kesulitan orang lain. Untuk itulah mengapa harus diawali dari kepekaan. Kemampuan kita untuk meraba kesulitan, kepahitan, penderitaan orang lain. Hal ini sangat penting agar kita bisa peduli. Dan dari pedulilah kita berbuat, dari berbuat kita maksimalkan segala daya sehingga dapat berjuang.
Kepekaan ini dari mana datangnya? Yaitu dari kebersihan hati. Mujahadah untuk terus memohon ampun, memperbaiki salat, tahajud, selalu membaca Al-Quran dengan maknanya, dan terus berusaha bertafakur sehingga bisa mengambil hikmah dari kejadian.
Ingatlah setiap tindakan harus dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai asal berpikir, kemudian asal berkata. Asal pikir kita menulis, asal pikir kita bertindak. Dalam ilmu takwa disebut dengan ilmu kehati-hatian. Kehati-hatian ini harus menjadi bagian penting dari ciri ketakwaan seseorang.
Nah, mudah-mudahan kita dapat melatih diri untuk peka. Peka terhadap perasaan orang, dan peka terhadap keadaan orang lain berdasarkan kehati-hatian.
Penulis: KH. Abdullah Gymnastiar