Dipublish pada:
Sebuah kisah relawan DT Peduli di Lombok
Sedikit berbagi cerita teman-teman semoga ada hikmahnya.
Hari Rabu sore (22/8) kemarin saya pamit ke temen-temen yang ada di posko di Lombok untuk pulang. Saya langsung meluncur ke bawah mampir dulu di pinggir jalan daerah Senggigi untuk menikmati indahnya matahari terbenam yang tinggal beberapa menit lagi. Sungguh luar biasa.
Setelah itu saya melanjutkan perjalanan untuk mencari masjid buat shalat maghrib. Ketemulah masjid Nurussuhadak, Montong, Buwuh, Kabupaten Lombok. Singkat cerita tas saya tertinggal yang berisi, SIM, STNK, KTP, ATM serta beberapa kartu lainnya dan beberapa uang tunai. Terbayang kan capeknya mengurusi itu semua. Dan yang paling mengkhawatirkan saya tidak bisa masuk ke Pulau Bali karena disana pasti pasti ada pemeriksaan polisi.
Singkat cerita, saya baru sadar ketika sampai Mataram. Seketika itu saya langsung menuju ke masjid semula. Ternyata sampai di sana masjid sudah hampir dikunci oleh marbot. Kepadanya saya bertanya apakah ada tas tertinggal. Jawabannya tidak. Saya berusaha untuk berbaik sangka, siapa tahu ada yang mencoba untuk mengembalikan tas saya dengan memberi nomor telepon saya kepada marbot tersebut. Alhamdulillah, ada teman. Akhirnya saya menginap di Mataram dan besok paginya jam 7 saya telepon kembali marbotnya ternyata tidak kunjung ada orang yang mengembalikannya.
Kemudian saya pergi ke Kantor Polisi terdekat untuk membuat surat kehilangan agar bisa melewati pemeriksaan. Seharian saya mengurus, menelpon, dan meminta data apa saja di rumah, Alhamdulillah semua selesai. Saya pun menuju pelabuhan untuk pulang. Lamanya mengantri membuat saya tidak tahu ada suara telepon yang masuk dua kali. Saat saya lihat telepon balik, ternyata ada seseorang namanya Pak Kholik memberitahu bahwa ia yang memegang tas dan berniat untuk mengembalikannya di masjid ketika tas tersebut hilang.
Alhamdulillah, dari Lembar saya balik lagi sampai ke Ampenan. Perjalanan sekitar 1 jam. Sampai di sana saya bertemu dengan Pak Kholik tersebut. Tas beserta isinya masih lengkap. Saya mengucapkan terima kasih. Ketika saya akan beri imbalan sebagai ucapan terima kasih beliau menolak. Saya paksa. Beliau terima, namun segera menyedekahkannya ke masjid.
Luar biasa. Berikut hikmah yang saya ambil dari pengalaman barusan:
-Secapek apapun tetap harus fokus / istirahat sekalian.
-perbanyak teman
-Tetap berbaik sangka dan percaya masih ada orang-orang baik di sekitar kita.
-Foto kartu identitas seperti BPKB, STNK, SIM, kartu ATM, KTP, Kartu Keluarga, dll. Itu sangat berguna.
-Meskipun minta bantuan orang lain, tapi pantang menjadi beban.
(M. Nur Habibie, Relawan Satguna DT tinggal di Bali, sudah dua kali tugas ke lombok dengan biaya sendiri dengan menggunakan sepeda motor)