Dipublish pada:
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam mengawali perjuangannya dengan gelar AlAmin atau manusia sangat dipercaya. Setiap ucapannya terjamin kebenarannya. Setiap janji pasti ditepati. Diberi amanah tidak akan pernah berkhianat.
Pondasi untuk berbuat kebaikan adalah kejujuran. Tanpa kejujuran akan sulit berbuat baik. Ada pun jika berbuat kebaikan tanpa kejujuran, sangat boleh jadi hanya menutupi keburukan dan kejahatannya.
Kejujuran mesti menjadi agenda penting bagi setiap orang di negeri ini supaya Indonesia berlimpah berkah. Kejujuran tersebut diamalkan di kampus, perkantoran, dan tempat-tempat lainnya.
Kita hendaknya selalu introspeksi. Jika masih terbuai dengan pujian, namun merasa jatuh karena hinaan atau kritikan, maka artinya belum bisa jujur kepada diri.
Belum bisa jujur juga termasuk lebih senang membagus-baguskan topeng dan kemasan namun abai pada isi. Karena bila kita jujur terhadap diri sendiri, kita tidak bangga dengan pujian dan tidak sakit hati dengan cacian.
Sebaiknya kita tidak senang dengan pujian karena mengetahui bahwa pujian itu tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Itu hanya ditutupi saja. Ingatlah, kita dipuji orang lain karena Allah menutupi aib, dosa, kemaksiatan, kekurangan, dan kesalahan kita.
Kehormatan kita adalah menjadi muslim yang jujur dan tepercaya sampai mati. Tidak ada gunanya wajah ganteng, rupa yang cantik, kaya, cerdas kalau tidak memiliki akhlak yang jujur.
Tidak ada pilihan lain bagi kita selain menjadi orang jujur. Karena sikap jujur itu kita lakukan karena lillahi ta’ala. Tidak boleh jujur hanya karena ingin dianggap jujur oleh orang lain atau alasan duniawi lainnya. Mengapa kita harus bersikap jujur? Karena Allah menyukai orang yang jujur.
Kalau kita dihina karena berkata jujur maka itu lebih baik daripada dipuji tapi tidak jujur. Kalau Allah tidak suka, hidup tidak akan tenang. Tidak mulia dalam pandangan Allah. Tidak apa-apa dipecat orang karena kita jujur, insya Allah akan diganti dengan pekerjaan yang lebih baik. Rezeki dari Allah itu begitu luas.
Oleh karenanya, jujur niatnya harus lillahi ta’ala. Bukan karena hal apa pun. Jika karena hal lain, maka kita tidak akan konsisten dalam bersikap jujur.
Penulis: KH. Abdullah Gymnastiar