Dipublish pada:
DTPEDULI.ORG | GAZA - Di tengah reruntuhan bangunan dan ancaman serangan yang tak kunjung reda, sekelompok tenaga medis di Gaza tetap setia menjalankan misi kemanusiaan. Mereka bukan bekerja di rumah sakit megah, melainkan mengetuk pintu-pintu tenda pengungsian, membawa tas berisi perban, obat-obatan, dan harapan.
Merekalah Tim Al-Bureij Association for the Rehabilitation of the Disabled, bekerja sama dengan Amnah Care Fund menyalurkan donasi rakyat indonesia dari DT Peduli dengan menjalankan program layanan kesehatan rumah (home healthcare) yang ditujukan bagi korban luka dan anak-anak dengan disabilitas.
Layanan yang diberikan mencakup 300 kunjungan medis, 320 sesi perawatan luka dan keperawatan, 165 sesi fisioterapi, serta 300 sesi dukungan psikologis. Di balik angka-angka itu tersimpan kisah-kisah keteguhan hati, air mata, dan perjuangan untuk tetap hidup di tengah kehancuran.
Mengembalikan Harapan
Tim kesehatan rumah bukan sekadar datang untuk mengobati. Mereka juga membawa pendekatan yang menyeluruh: dokter memantau kondisi medis secara berkala, perawat memberikan perawatan luka dan mengajarkan keluarga cara merawat di rumah, terapis melakukan rehabilitasi fisik dengan alat sederhana, dan psikolog memberikan ruang aman untuk menangis dan bercerita.
Kisah Mohammed: Luka yang Tak Mematikan Harapan
Di antara sekian banyak kisah, nama Mohammed Al-Safeen mencuat sebagai simbol ketabahan. Lahir pada 2001 di Kamp Pengungsi Al-Bureij, Mohammed adalah tulang punggung keluarga. Namun pada 24 Oktober 2024, sebuah serangan udara merenggut segalanya. Ia terkena pecahan peluru yang menyebabkan kelumpuhan akibat cedera tulang belakang, serta luka serius di kepala dan tubuhnya.
”Muhammed tidak akan pernah bisa berjalan lagi!” Dokter menyatakan tidak ada harapan.
Mohammed menolak menyerah. Ia bergabung dengan program layanan kesehatan rumah, menjalani fisioterapi intensif, konseling psikologis, serta menerima obat-obatan yang diperlukan.
Tantangan Tak Menyurutkan Langkah
Meskipun membawa perubahan besar, program ini tidak lepas dari tantangan. Krisis obat-obatan dan peralatan medis, sulitnya akses menuju wilayah-wilayah terdampak, serta kondisi keamanan yang terus terancam menjadi hambatan serius. Bahkan, salah satu anggota tim medis kehilangan nyawa akibat serangan militer saat sedang menjalankan tugas.
Namun, semangat mereka tidak padam. Dengan segala keterbatasan, mereka terus melangkah memberikan layanan kesehatan dan harapan.
Menuju Gaza yang Lebih Manusiawi
Laporan akhir menyebutkan bahwa 75% penerima manfaat menunjukkan perbaikan signifikan secara fisik dan mental. Lebih dari itu, sekitar 80% kasus amputasi berhasil dicegah.
Gaza mungkin hancur secara fisik, namun di dalam tenda-tenda kecil, di tengah debu dan puing-puing, ada kekuatan yang tumbuh: kekuatan untuk bertahan, memulihkan diri, dan bermimpi kembali. Di situlah, harapan hidup tetap menyala.
Baca juga: Blokade Gaza Melonggar, DT Peduli Gerak Cepat Siapkan Langsung Penyaluran Bantuan
Editor: Agus ID